Mata Air, Air Mata

Desaku berada di ibu kota Kabupaten Seruyan, Kuala Pembuang nama kotanya, Desa Persil Raya nama Desaku. Entah bagaimana asal-muasalnya. Aku tak mengerti dan takkan membahas itu. Di desaku berada persis di bantaran Sungai Persil—sebuah anak sungai yang berinduk pada Sungai Seruyan. Induk sungai dan anak-anak sungai seperti sungai karamat, kalua, pukun dan anak sungai lainya … Lanjutkan membaca Mata Air, Air Mata

Tentang Asbak

Mulut asbak selalu terbuka untuk dibaca. Darinya kudapati banyak cerita dan warna-warni manusia; tentang gelisah hidup dan penghidupannya, tentang kerinduan, tentang cinta, dan pengharapan yang jauh. Obrolan-obrolan serius telah masuk ke telinga, juga kicauan-kicauan yang mengambang di udara, membentur sebuah narasi; pasar dan muara. Putung-putung rokok berserakan, seolah ingin disapa dalam keterbiarannya. Sisa asap depan … Lanjutkan membaca Tentang Asbak

Mereka yang Bermurung

SETELAH memasang ancak di dedahanan, Kakek mengajakku menyimpuk semak belukar yang telah mengering. Dari kejauhan semak belukar itu menyerupai bebukitan. Aku belum pernah melihat bukit yang sesungguhnya—ya, aku masih mempercayai ingatanku—kecuali pada sampul buku belajar mewarnai atau pelajaran menggambar di sekolah. Setelah selesai menyimpuk, Kakek kembali ke pondok dan aku diam-diam mendaki semak belukar yang … Lanjutkan membaca Mereka yang Bermurung