Kisah Pertama

oleh Muhammad Fauzi Aku memilih meninggalkan tanah kelahiranku, merantau. Itu keputusan yang agak berat dan menyengit hatiku, karenabagaimana pun perempuan paru baya itu melelehkan air matanya untukku, kali pertama. Dan tak lama setelah kami berdekapan, terdengar sebuah pengumuman: “Kereta yang terbuat dari besi dan baja akan segera berangkat!” Dan demikianlah, kami berpisah. Jadilah aku sebagai … Lanjutkan membaca Kisah Pertama

Nyanyian Bintang Kejora

I Namaku, Bintang Kejora – camkan! Aku lahir ketika bumi ini bergetar hebat, Dan mayat mayat manusia seperti rinai hujan Gugur ke tanah berdarah, menjadi tanah Menjadi kenangan, menjadi kebiasaan yang membuat Tubuh kami tak merasakan apa apa tatkala peluru Menembus dada kami yang kurus Dirajam wabah kelaparan bernama Indonesia Camkan baik baik: Namaku, Bintang … Lanjutkan membaca Nyanyian Bintang Kejora

Astaga!

oleh Reynold Patabuga Perempuan dengan gundukan di perutnya itu tergelepar di emperan tokoku, tampak gundukan itu berusia enam bulan - tentu itu hanya terkaanku belaka. Dan tampak tatapan sepasang matanya yang payah, murung dan sayu, nyaris tak ada lagi harapan pada siapa yang telah berbuat lalim padanya – maksudku, ayah dari anak yang dikandungnya. Pikiranku … Lanjutkan membaca Astaga!

Lili

oleh Muhammad Yasir Lili adalah anak kedua dari tiga orang anak dalam sebuah keluarga miskin. Idham ayahnya adalah seorang veteran dan seorang pengangguran yang malas, yang senantiasa menghabiskan hari-harinya untuk mengenangkan kekalahan perang dan pembantaian kawan-kawannya di masa silam atau pergi menjala ikan di sungai. Acap kali sinar perak matahari turun ke permukaan sungai yang … Lanjutkan membaca Lili

Si Pembela dan Darminah

oleh Muhammad Yasir ​Terakhir kali Ia berada di tanah kelahirannya, sebuah kampung kecil dikelilingi perkebunan kelapa sawit yang setiap hari menghisap penduduknya dan menghancurkan hutan dan sungai-sungai, sepuluh tahun lalu ketika pemakaman ibunya yang bertahun-tahun berjuang melawan kanker rahim – diam-diam Ia membenci adiknya, karena Ia menganggap bahwa adiknya itulah penyebab kematian ibunya dan karena … Lanjutkan membaca Si Pembela dan Darminah

Aku Tidak Mengerti

Jenuh; memori setengah penuh, Entah menjadi penyendiri lagi, Atau lebih mempererat jati diri, Karena refarasi sudah setengah dijalani Lelah; detik waktu tak ku nikmati pasti, Ribuan mil jalan menyisakan jejak kaki; Yang meronta-ronta pergi, Lalu hati meronta-ronta kembali, Dan pikiran meronta-ronta memaki! Cerita dan tawa mengerutkan dahi; Inilah kerut pelipis mata memandangi mentari, Yang jauh … Lanjutkan membaca Aku Tidak Mengerti

Suatu Malam di Musim Hujan

oleh Muhammad Yasir ​Pada akhir tahun ini musim hujan tiba seperti gema lonceng yang mengisyaratkan kesedihan dan kekhawatiran yang teramat. Langit kadang seperti padang yang gersang, panas, dan membakar, kadang pula seperti sungai yang rusak dan kehilangan nyanyiannya, seratus tahun lalu. Burung-burung gereja yang acap kali bertengger di seutas kabel listrik tiada tampak. Orang-orang kebanyakan … Lanjutkan membaca Suatu Malam di Musim Hujan

Peluru dan Maut yang Berdansa

oleh Muhammad Yasir Ada suatu waktu di mana negeri ini senyap dan was-was seperti pertunjukan teater di sebuah panggung yang tanpa penonton atau seperti sungai-sungai di malam hari yang menyenyakan siapa saja yang tidur di tepiannya. Bulan di langit tinggi tak terjangkau seperti corong timah panas yang tersentuh sinar lampu pengawasan, bercahaya seadaanya. Dan diam-diam, … Lanjutkan membaca Peluru dan Maut yang Berdansa

Akhir Sebuah Perjanjian

oleh Muhammad Yasir IA berlari kencang di jalan merah yang membentang seperti ada sekelompok serigala mengejarnya. Sesekali krikil membuatnya terjatuh, namun ia bangkit sembari menahan sakit. Ia mesti segera tiba di rumahnya, mesti, sebab terlambat adalah sebuah kesalahan fatal. Pada tangannya yang mungil dan agak kurus, uang sejumlah lima ratus ribu rupiah menggumpal dalam kepalnya. … Lanjutkan membaca Akhir Sebuah Perjanjian